Mendengar kata Freeport, saya yakin kalian langsung membayangkan perusahaan tambang mineral dan batubara yang ada di papua. Ini karena Freeport Indonesia telah lama berdiri sehingga semua orang pasti mengenalnya.Bumi papua memang terkenal dengan sumber daya alamnya yang kaya dan menarik banyak warga asing.
Selama lebih dari 40 tahun Freeport Indonesia melakukan ekplorasi dan penambangan. Kabar terbaru, saham PT Freeport Indonesia sudah dikuasai Indonesia sebesar 51,2 persen dan akan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Oleh karenanya Freeport Indonesia memiliki kontribusi nyata untuk mendorong kemakmuran warga papua.
Namun, sudahkah Freeport Indonesia juga berkontribusi dalam dunia pendidikan di Papua?
Pertama kali PT Freeport Indonesia beroperasi pada tahun 1967 warga Papua bisa dikatakan sebagai masyarakat pra-modern. Tingkat baca tulisnya juga rendah, rentan terhadap penyakit, dan hidup miskin. Hal ini disebabkan kondisi geografis yang kurang kondusif sehingga hampir tidak ada sekolah yang layak,
Padahal pendidikan adalah kunci utama untuk mencapai masa depan yang cerah. Sebagai kunci utama sumber daya manusia, pendidikan harus benar-benar diperhatikan. Sadar akan hal tersebut PT Freeport Indonesia membangun ketertinggalan sarana pendidikan dan juga mengubah pola pikir masyarakat Papua yang belum menempatkan pendidikan sebagai prioritas tertinggi.
Mendirikan Sekolah Asrama
Untuk meningkatkan pendidikan anak suku di Papua, PT Freeport Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Komoro (LPMAK) mendirikan lima sekolah asrama. Sekolah asrama inilah yang memberikan fasilitas dan akomodasi bagi warga terpencil. Keberadaan sekolah sangat dibutuhkan anak-anak Papua. Bahkan sejak pendidikan usia dini, bantuan sangat dibutuhkan.
Adalah Sekolah Asrama Taruna Papua yang menerima siswa dari tiga kampung warga Amungme di dataran tinggi Timika yaitu Tsinga, Aroanop, dan Waa-Banti sejak tahun 2007. Tapi sekarang siswa dari luar Timika juga banyak yang mendaftar.
Institute Pertambangan Nemangkawi
Demi membangun SDM lokal, PT Freeport Indonesia juga mendirikan Institute Pertambangan Nemangkawi. Dua suku utama yang mendapat keistimewaan masuk IPN adalah suku Amugme dan Kamoro, mereka bisa mendaftar hanya dengan ijazah sekolah dasar.
Di tempat ini peserta magang akan menjalani pelatihan kejuruan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan seperti mekanik alat berat, operator dan pekerja tambang tembaga bawah tanah. Setiap peserta menjalani programnya selama tiga tahun dan diberi uang saku gratis.
Papuan Bridge Program (PBP)
Papuan Bridge Program adalah pelatihan bagi sarjana fresh graduate dari berbagai jurusan. Tujuan PBP agar para lulusan ini mendapat bantuan dalam transisi dari lingkungan pendidikan ke lingkungan kerja professional. Program yang diberikan antara lain pelatihan dasar dalam kepemimpinan, keterampilan komputer, berbicara di depan umum dan wawancara untuk mempersiapkan diri mereka sebagai profesional independen. Dengan demikian mereka mampu untuk lebih bisa bersaing dalam dunia kerja.
Sampai dengan 2012, Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme & Kamoro (LPMAK) melalui dana kemitraan telah menyediakan beasiswa bagi pelajar. Sejak dimulainya program ini, 3.697 pelajar dari SMA sampai dengan program magister telah lulus. Pada tahun 2011, LPMAK memberikan beasiswa aktif bagi pelajar sekolah dasar sampai dengan mahasiswa Universitas.
Berdasarkan Wikipedia, meski sejak 2014 target produksi PTFI mengalami penurunan drastis karena adanya aksi mogok pekerja dan penurunkan produksi tambangnya hingga 40% akibat larangan pengiriman bahan baku tambang ke luar negeri (sebagai implementasi dari penerapan UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Minerba), PTFI tetap memberikan dana kemitraan dari sekitar Rp600 miliar berbanding alokasi sebelumnya yang rata-rata sekitar Rp 1 triliun.
Itulah beberapa kontribusi PT Freeport Indonesia untuk memberikan pendidikan berkualitas bagi masyarakat Papua. Harapannya sumber daya manusia di Papua menjadi lebih baik sehingga dapat memajukan Indonesia.