Meet and Greet bersama Raditiya Dika berlangsung kemarin, tanggal 03 Februari 2015. Bertempat
di Gramedia Book Store lantai dua, Malang Town Square (Matos). Acara ini berkaitan
dengan lahirnya si Koala Kumal, buku terbaru Raditya Dika. Malang menjadi kota keempat setelah sebelumnya
acara serupa diadakan di Gramedia Tunjungan Plasa, Surabaya. Total terdapat 19
kota yang dijadwalkan untuk seluruh Indonesia.
di Gramedia Book Store lantai dua, Malang Town Square (Matos). Acara ini berkaitan
dengan lahirnya si Koala Kumal, buku terbaru Raditya Dika. Malang menjadi kota keempat setelah sebelumnya
acara serupa diadakan di Gramedia Tunjungan Plasa, Surabaya. Total terdapat 19
kota yang dijadwalkan untuk seluruh Indonesia.
Bagi para
penggemarnya ini menjadi kesempatan langka, untuk bertatap muka secara langsung,
mendapatkan tanda tangan dan sekaligus foto bersama. Sebagai salah satu
penggemarnya, tentunya kesempatan ini yang saya tunggu-tunggu. Kebetulan tanggal
28 bulan lalu, saya sudah tiba kembali di Malang, sehubungan dengan kegiatan
yang saya ikuti dimulai pada tanggal tersebut.
penggemarnya ini menjadi kesempatan langka, untuk bertatap muka secara langsung,
mendapatkan tanda tangan dan sekaligus foto bersama. Sebagai salah satu
penggemarnya, tentunya kesempatan ini yang saya tunggu-tunggu. Kebetulan tanggal
28 bulan lalu, saya sudah tiba kembali di Malang, sehubungan dengan kegiatan
yang saya ikuti dimulai pada tanggal tersebut.
Saya
pergi ke sana bersama Firdaus,
adik sepupu yang kuliah di UM. Perjalanan menuju Matos lumayan lancar. Beruntung
juga, kemarin sore cuaca di Malang cerah sekali, tidak seperti hari sebelumnya
yang diguyur hujan. Kami tiba di Matos selang tujuh menit sebelum acara
dimulai, atau pukul 15.00 WIB. Dari puluhan meter sudah terdengar suara gemuruh
para pengunjung lainnya. Iyah, sudah bisa ditebak, pasti mereka yang khusus
datang untuk mengikuti acara Meet and
Greet ini.
pergi ke sana bersama Firdaus,
adik sepupu yang kuliah di UM. Perjalanan menuju Matos lumayan lancar. Beruntung
juga, kemarin sore cuaca di Malang cerah sekali, tidak seperti hari sebelumnya
yang diguyur hujan. Kami tiba di Matos selang tujuh menit sebelum acara
dimulai, atau pukul 15.00 WIB. Dari puluhan meter sudah terdengar suara gemuruh
para pengunjung lainnya. Iyah, sudah bisa ditebak, pasti mereka yang khusus
datang untuk mengikuti acara Meet and
Greet ini.
Antusias
warga Malang untuk mengikuti acara ini luar biasa sekali. Mulai dari pelajar –masih lengkap dengan atribut
seragam sekolahnya, mahasiswa, maupun orang tua bersama keluarganya. Paling
mendominasi dihadiri oleh para remaja dan kalangan mahasiswa. Pokoknya Gramedia
hari itu terlihat berbeda daripada biasanya. Penuh sesak dipadati oleh
pengunjung.
warga Malang untuk mengikuti acara ini luar biasa sekali. Mulai dari pelajar –masih lengkap dengan atribut
seragam sekolahnya, mahasiswa, maupun orang tua bersama keluarganya. Paling
mendominasi dihadiri oleh para remaja dan kalangan mahasiswa. Pokoknya Gramedia
hari itu terlihat berbeda daripada biasanya. Penuh sesak dipadati oleh
pengunjung.
Sehingga antrian
panjang tak luput dari pandangan mata. Saking banyaknya, sampai meluber ke luar
pintu Gramedia –memanjang ke sebelah
selatan. Sedangkan di bagian utara tidak ada antrian. Karena jalur antriannya
cuma berada di sisi selatan. Berhubung lokasinya bukan di aula luas, melainkan di book storenya. Jadi mereka harus
berjalan selangkah demi selangkah di sela-sela meja tumpukan buku. Mulai dari
pintu masuk, berjejer ke sebelah selatan dan memanjang mengikuti lajur yang
ada.
panjang tak luput dari pandangan mata. Saking banyaknya, sampai meluber ke luar
pintu Gramedia –memanjang ke sebelah
selatan. Sedangkan di bagian utara tidak ada antrian. Karena jalur antriannya
cuma berada di sisi selatan. Berhubung lokasinya bukan di aula luas, melainkan di book storenya. Jadi mereka harus
berjalan selangkah demi selangkah di sela-sela meja tumpukan buku. Mulai dari
pintu masuk, berjejer ke sebelah selatan dan memanjang mengikuti lajur yang
ada.
Melihat
kondisi tersebut, kami berdua sepakat melewati jalur dari sebelah utara saja.
Karena kami enggan berjejer di antara antrian yang panjang. Namun, konsekuensi
bagi mereka yang melalui sisi utara; mereka hanya bisa melihat dari kejauhan
dan tidak memiliki kesempatan untuk foto bersama, apalagi meminta tanda tangan
langsung dari Raditya Dika. Tidak bisa, kita harus antri kalau menginginkan
kesempatan itu. Karena ada garis pembatas yang memisahkan mereka dan di setiap
sudutnya dijaga oleh pihak panitia.
Sesampainya
di dalam pengunjung sudah memadati tiap celah yang ada. Benar-benar padat sekali.
Bahkan untuk sekedar melihat sosok Dika saja, susah. Karena semua pengunjung
dalam posisi berdiri. Jadi, kami harus jinjit, itupun topinya saja
yang terlihat. Untuk mengambil fotonya juga harus menjulurkan kamera setinggi
mungkin. Dengan bantuan tongsis di kamera poket saya, itu lumayan menjakau dari
ketinggian. Maklumlah, tinggi kami tidak mendukung.
di dalam pengunjung sudah memadati tiap celah yang ada. Benar-benar padat sekali.
Bahkan untuk sekedar melihat sosok Dika saja, susah. Karena semua pengunjung
dalam posisi berdiri. Jadi, kami harus jinjit, itupun topinya saja
yang terlihat. Untuk mengambil fotonya juga harus menjulurkan kamera setinggi
mungkin. Dengan bantuan tongsis di kamera poket saya, itu lumayan menjakau dari
ketinggian. Maklumlah, tinggi kami tidak mendukung.
[alah, ni bocah malah nongol, hihi :P]
Sebenarnya
ada keinginan untuk antri. Tapi, melihat antrian begitu panjangnya, bikin lemas duluan, hhe. Sementara waktu semakin terbatas dan antrian mengekor
seperti jalannya kereta. Khawati kalau ikut antri, tiba-tiba waktunya habis. Mungkin
faktor buku Koala Kumal yang saya punya sudah ada tanda tangan Raditya Dika, plus kaos edisi terbatasnya –yang saat itu saya pakai. Jadi tidak begitu berharap lebih.
[di meja kasir disediakan buku Koala Kumal. Malah ada
yang
disiapkan dalam kondisi terbungkus. Supaya mudah melayani pembeli barunya]
yang
disiapkan dalam kondisi terbungkus. Supaya mudah melayani pembeli barunya]
Terlihat masih
banyak yang baru membeli bukunya. Karena Raditya Dika pun hanya melayani tanda
tangan pada buku Koala Kumal saja. Tidak berlaku untuk buku-buku dia lainnya. Sedangkan
saya juga membawa buku titipan punya adik sepupu, Gita. Dia nitip buku “Manusia Setengah Salmon”nya untuk
ditanda tangani. Padahal punya saya sendiri sudah tak relakan, akan lebih
mengusahakan punya dia saja. Tapi kendala sama membuat semua itu tidak bisa
terpenuhi.
banyak yang baru membeli bukunya. Karena Raditya Dika pun hanya melayani tanda
tangan pada buku Koala Kumal saja. Tidak berlaku untuk buku-buku dia lainnya. Sedangkan
saya juga membawa buku titipan punya adik sepupu, Gita. Dia nitip buku “Manusia Setengah Salmon”nya untuk
ditanda tangani. Padahal punya saya sendiri sudah tak relakan, akan lebih
mengusahakan punya dia saja. Tapi kendala sama membuat semua itu tidak bisa
terpenuhi.
“Saya senang,
dari sekian kota, ini penontonnya yang paling rapi.” Raditya Dika.
dari sekian kota, ini penontonnya yang paling rapi.” Raditya Dika.
Sesekali saja
dia berbicara. Saya pikir, nanti membahas mengenai buku Koala Kumal. Entah, dari ide awal, kendala, kejadian lucu, pokoknya yang berkaitan
dengan proses lahirnya buku ini. Atau setidaknya ada sesi tanya jawab. Tapi dugaan
saya keliru besar. Karena sejak awal dimulai, dia hanya menghabiskan waktu duduk,
sambil melayani sesi foto dan menandatangai buku pembacanya. Itu saja.
dia berbicara. Saya pikir, nanti membahas mengenai buku Koala Kumal. Entah, dari ide awal, kendala, kejadian lucu, pokoknya yang berkaitan
dengan proses lahirnya buku ini. Atau setidaknya ada sesi tanya jawab. Tapi dugaan
saya keliru besar. Karena sejak awal dimulai, dia hanya menghabiskan waktu duduk,
sambil melayani sesi foto dan menandatangai buku pembacanya. Itu saja.
“Sudah jam
lima, tapi gak apa-apa yah. Kita habisin saja.” kata Raditya Dika, yang langsung disambut sorak sorai
pengunjungnya. Terutama bagi mereka yang masih bersabar di deretan antrian. Memang
acara ini dijadwalkan berakhir sampai pukul 17.00 WIB. Saya pun sempat bertanya
ke pihak keamaan Gramedia dan menurut beliau mestinya sudah berakhir. Tapi melihat
banyaknya sisa pengunjung yang masih antri, jadinya diberi waktu lebih.
lima, tapi gak apa-apa yah. Kita habisin saja.” kata Raditya Dika, yang langsung disambut sorak sorai
pengunjungnya. Terutama bagi mereka yang masih bersabar di deretan antrian. Memang
acara ini dijadwalkan berakhir sampai pukul 17.00 WIB. Saya pun sempat bertanya
ke pihak keamaan Gramedia dan menurut beliau mestinya sudah berakhir. Tapi melihat
banyaknya sisa pengunjung yang masih antri, jadinya diberi waktu lebih.
Tapi sejak
itu, antrian sudah ditutup satu meter dari dekat pintu masuk. Iyah, kalau dibiarkan,
barang tentu antriannya akan tetap terus ada. Dan, barulah sekitar pukul 17.19 WIB, Raditya menyudahi acaranya
dan mulai beranjak turun melewati tangga menuju Gramedia lantai dasar –tempat perlengkapan tulis, kantor, alat
olah raga dan asesoris lainnya. Tak ayal, sebagian pengunjung lainnya
berhamburan ke luar.
itu, antrian sudah ditutup satu meter dari dekat pintu masuk. Iyah, kalau dibiarkan,
barang tentu antriannya akan tetap terus ada. Dan, barulah sekitar pukul 17.19 WIB, Raditya menyudahi acaranya
dan mulai beranjak turun melewati tangga menuju Gramedia lantai dasar –tempat perlengkapan tulis, kantor, alat
olah raga dan asesoris lainnya. Tak ayal, sebagian pengunjung lainnya
berhamburan ke luar.
[pada lari menyusul ke lantai bawah, sambil jerit-jerit]
Mereka berusaha
mengejar sebisa mungkin. Seperti tak ingin ketinggalan bertemu lebih dekat lagi
–meski kesempatannya sudah makin kecil.
Suasana mulai pecah dan makin heboh, ketika mereka menuruni eskalator khusus
troli itu sambil jerit-jerit. Terutama para perempuannya. Satu teriak, yang
lain ikutan teriak. Sama-sama nyaring pula. Hhehe.
mengejar sebisa mungkin. Seperti tak ingin ketinggalan bertemu lebih dekat lagi
–meski kesempatannya sudah makin kecil.
Suasana mulai pecah dan makin heboh, ketika mereka menuruni eskalator khusus
troli itu sambil jerit-jerit. Terutama para perempuannya. Satu teriak, yang
lain ikutan teriak. Sama-sama nyaring pula. Hhehe.
Waktu dua
jam terasa cepat berlalu. Andai saja bisa lebih lama dan lokasinya memadai,
mungkin akan jauh lebih memuaskan. Sayang tempatnya tidak mendukung untuk
menampung pengunjung yang membludak. Kerumunan pengunjung tumpah di antara meja
tumpukan buku. Tentunya membuat ruang gerak mereka sempit sekali. Bahkan, tak
jarang beberapa di antara mereka ada yang tidak sengaja menyenggol tumpukan
buku, sehingga jatuh berceceran. Namun, tidak mengherankan dengan lokasi di book store seperti ini.
jam terasa cepat berlalu. Andai saja bisa lebih lama dan lokasinya memadai,
mungkin akan jauh lebih memuaskan. Sayang tempatnya tidak mendukung untuk
menampung pengunjung yang membludak. Kerumunan pengunjung tumpah di antara meja
tumpukan buku. Tentunya membuat ruang gerak mereka sempit sekali. Bahkan, tak
jarang beberapa di antara mereka ada yang tidak sengaja menyenggol tumpukan
buku, sehingga jatuh berceceran. Namun, tidak mengherankan dengan lokasi di book store seperti ini.
Saya rasa
panitia juga sudah tepat memilih penempatan untuk Raditya Dika berada. Kalau tidak
keliru, di depan deretan buku Psikologi populer dan buku-buku berkategori
pengembangan diri. Karena lokasinya dekat dengan tangga turun menuju Gramedia bawah
(tempat perlengkapan, red). Sehingga,
bagi mereka yang sudah selesai meminta tanda tangan dan foto bersama, bisa
langsung turun menuju ke bawah, tidak lantas kembali memadati lokasi utama ini.
panitia juga sudah tepat memilih penempatan untuk Raditya Dika berada. Kalau tidak
keliru, di depan deretan buku Psikologi populer dan buku-buku berkategori
pengembangan diri. Karena lokasinya dekat dengan tangga turun menuju Gramedia bawah
(tempat perlengkapan, red). Sehingga,
bagi mereka yang sudah selesai meminta tanda tangan dan foto bersama, bisa
langsung turun menuju ke bawah, tidak lantas kembali memadati lokasi utama ini.
Secara keseluruhan
acaranya sudah meriah sekali. Karena banyak menyedot pengunjung yang hadir, terlebih
bagi para penggemar Raditya Dika sendiri. Meski saya tidak sempat foto bersama.
Tapi tidak apa-apa, melihat secara langsung Raditya Dika tuk kedua kalinya
sudah membuat saya senang. Serius, Cho?,
iyah, ini bagian dari menghibur diri, hhe.
acaranya sudah meriah sekali. Karena banyak menyedot pengunjung yang hadir, terlebih
bagi para penggemar Raditya Dika sendiri. Meski saya tidak sempat foto bersama.
Tapi tidak apa-apa, melihat secara langsung Raditya Dika tuk kedua kalinya
sudah membuat saya senang. Serius, Cho?,
iyah, ini bagian dari menghibur diri, hhe.
Foto saya diambil di dekat pintu masuk, di saat
suasana masih ramai antrian pengunjung. Sebenarnya kurang percaya diri, tapi malunya ditahan saja. Yaa.. hitung-hitung sebagai pengganti foto bersama Raditya Dika, timbang tidak ada sama sekali, hhehe. Kalau sebelah kanan itu Firdaus. Dia lebih parah lagi, baru mau difoto setelah
acara bubar. Jadi, kami masih nyempatkan (gagal) narsis di sela-sela saya
membeli dua eks. buku.
NB: sebagian besar foto diambil oleh Firdaus. Ia sampai
berdesak-desakan untuk mengambil gambar Raditya Dika secara dekat. Terima kasih
banyak ;). Cuman, agak pecah dan kabur fotonya. Karena resolusinya sudah saya rendahkan. Supaya tidak berat ketika mengakses halaman ini.
berdesak-desakan untuk mengambil gambar Raditya Dika secara dekat. Terima kasih
banyak ;). Cuman, agak pecah dan kabur fotonya. Karena resolusinya sudah saya rendahkan. Supaya tidak berat ketika mengakses halaman ini.
59 Comments. Leave new
wah seru banget ya bisa datang ke acaranya, eh itu mas richo bawa tongsis ya hehheehe…btw tambah gemuk aja nih,,sipipi udah kayak bakpo…
Seruuuuu, mbak. sayangnya gak dapat foto bareng. alah, kamu gak antri, Cho :D. hihihi, karena gak foto bareng, jadi foto sendirian saja, mbak *melas, hhaha. buahaha, tapi jangan komen perut juga loh, mbak 😛 :D.
asik kali ya bisa foto bareng sama raditya dika, bisa bikin iri temen hahayde
Hihihi, paling mereka langsung upload di sosmed, mas. biar temennya pada tahu 😀
itu dia kebiasaan orang indonesia langsung di upload ke sosmed haha ..
biar bisa ketularan artisnya kali ya =))
Seru pengalamannya Mas Richo, bener-bener penuh, membayangkan Mas Richo juga bisa seperti itu, dari Blogger jadi penulis buku terkenal sekelas Raditya Dika
Lihat mereka sabar ngantri, desak-desakan, bikin ngerasa salut sama perjuangan mereka mas, hhe. waah, mas Ahmed ini garai saya ngrbayangin juga, hhaha. Amin Ya Rob. hehe, saya amini, mas :D. makasih doanya, hhe.
Sipsip… mantap reportasenya…
Makasih yah, mas 🙂
Banyak bgt ternyata fans nya ya, sampai antri gitu. Klo saya dh pingsan liat orang banyak gitu 😀
Bangeeet, Bun. antriannya panjangan sekali. haha, bunda mah bisa saja. saya juga gak tahan kalau ikut antri 😀
Waktu itu di Bandung jg ada acara sm Raditya Dika di Gramedia, tapi aku lupa jadwalnya, jadi udh keburu lewat deh :D. Bejubel banget ya yang hadir… Fansnya banyak… Btw, itu di salah satu fotonya kok ada yg bawa tongkat sihir 😀
Waaah gitu yah, mbak, pas acara apa itu?, kalau yang ini, berdasarkan jadwal Bandung tanggal 15 nanti. hihi, kelewatan yah. hhaha, iya tuh, jangan-jangan dia pengunjung dari Hogwarts School, buahaha. atau paling karena pendek jadi butuh bantuan tongkat sihirnya buat ngejepret :D, aaah.. pokoknya norak tuh anak, hihi.
wow, rame banget ya gak kalah kayak di Kota Medan..
Wah, Medan sudah selesai juga yah, mas. kedua yah. kebayang ramenya seperti apa, hhe.
ketinggalan berita saya, nggak ikutan 🙂
rame meet n greetnya sam..
Mas juga sibuk paling, sampai gak sadar, hhe.
betul, mas, ramenya gak ketolong 😀
cie yang sudah ketemu sama raditya dika,,,, salam apel pacar malem minggu
hehehehe
Haha, kencan dua kali kami, eh, hhaha. sekarang projeknya "Raditya Ngomongin Cinta" 😀
Wah hebat ya bisa ketemu langsung ama penulis sekelas RD, sayang sekali sebenarnya untuk di lewatkan….
Puji syukur, Om, bisa ketemu sama sosok yang saya kagumi. yang disayangkan kesempatan foto gak dapat, haha. gak ngantri soalnya 😀
Reportasenya seru, dan akan menjadi sebuah inspirasi bagi para genarasi muda yang akan memulai menuangkan tulisannya dalam sebuah buku, bisa dimuali dari sebuah blog juga…. he,, he, he,,
Terima kasih, Om Indra, acaranya jauh lebih seru, hhi. benar, bang Dika berkibar dari seorang blogger, sampai sukses ngelahirkan tujuh buku dan dikenal luas sebagai artis multitalenta pula.
Akhirnya, tidak cuma mereview bukunya saja, eh ketemu juga ma itu penulis.
asyik, asyik
Puji syukur, mbak Anis, setelah banyak ngoceh mengenai buku terbarunya, hihi. kedua kalinya ketemu bang Dika, mbak. aaah.. berkesan 😀
eh buseeeettt, rame banget ya x_x
To be honest, aku kadang suka gak paham sih sama joke2-nya si Raditya Dika ini. Yah mungkin hanya beda selera aja ya, atau mood lagi gak bagus waktu bacanya 😀
Pakai bingit, mbak Dita 😀
lah, jangan kira saya ngerti, eh. hhaha. jadi ingat kata bang Tere "Tidak ada tulisan yang baik, dan tidak ada tulisan yang buruk. Yang ada relevan atau tidak relevan.". sepertinya mbak kurang sesuai. benar selera beda-beda, hihi.
wah sayang ya mas kalau mas ndak sempat potoan heehee,
Sangat disayangkan, mas. hihihi. berharap lain kesempatan bisa *ngarep 😀
iya mas, nanti kalau ada kesempatan lagi, buru aja terus heehee
Kalo gue di posisi itu, kayaknya gue juga rela berdesakan buat dapetin potonya. O_o
Hihihihi, momentum yang jarang didapat yah, mas. saya malah ngelewatkan gitu saja *dijitak
AAARGHHHHH!!!!! NGIRIIIIII!!!!PENGEN KETEMU RADITH JUGAAAAAAK!!!!!
Wahaha, dicapslock biar plong yah, Mas 😀 :P. tunggu di kota selanjutnya, mas, hhe.
Raditya Dika terakhir saya liat saat tampil di TV Swasta di acara Mata Najwa bersama Syahrini dan Gubernur DKI Jakarta Pak Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama. Wah wah seru banged acaranya. Sayang saya jauih. Saya di Pontianak. Jika saya di Jakarta, tentu sudah saya uber uber tuh hiehiehiheiheiheihieee
Ow yang itu, saya justeru kelewatan, Kang Asep. iklannya tahu, sudah tak incar juga. eh pas acara berlangsung lupa nonton, kayaknya saya pas ke luar. ada yang Kaltim nanti kang, tepatnya di Balikpapan. tanggal 23 Februari 2015. hihi.
Waktu di Gramed Matraman Jakarta kmrn juga heboh banget. Antriannya panjang banget, haha. Tapi aku ga ikut mas, capek ngantri.
Kapan ya bisa kayak Dika gitu, banyak penggemar pengen minta foto, tanda tangan. Pas mau pulang diteriakin dengan histeris (bukan diteriakin maling ya.. Hehe)
Wuaaa, rame juga pastinya yah. hhehe, sama dong :D. saya juga gak tahan lihat antrian segitunya, mas. haha.
Semangat terus, mas Renggo. siapa tahu nanti juga seperti bang Dika. berawal dari seorang blogger juga. hhaha, iya yak, pas waktu itu juga pada teriak-teriak, asli heboh sekali. hhaha.
Waaah, acaranya seru ini, Mas. Antreannya sampai segitu banyak. Seneng deh. Kemarin di Jogja, Mas, tapi sayang saya pas ada acara.
waah seru ya,pengunjungnya banyak banget,,tapi kasian juga yang gak kebagian liat acaranya karena terjebak antrian,hehehe
selamat Siang Sob… wah Passti acara meet dan greet bersama Mas Raditya Dika seru banget,semoga suatu saat saya juga bisa bertemu dengan beliau…
Perjuangan Mas Richo hebat ih.
Rame banget ya yg datang.
Mungkin cumak aku yang ngga peduli sama kedatanagn Raditya Dika. Hahah.. 😀
Aku sering ketemu raditya dika di senayan city hahaha
Gilaaa, udah kayak anggota boyband korea aja ya dia…. :))
Kemarin Radit juga mampir ke Gramedia di Jogja, tapi aku nggak ke sana… Lagian juga nggak punya buku Koala Kumal, hehe….
Kalo bang ditter nya kumel ngak ???? #dikeplak hahaha
pasti seru tuh kalau ikut meet and great raditya…sayangnya gak diadakan di kalimantan barat mas…heee #mengharap
wah sepertinya ramai and seru tuh acara Meet and Greet bersama Raditya Dika di Gramedia Matos,selain ketemu langsung dengan Idola sekaligus cuci mata juga rupanya hahaha
Kapan bisa ketemu penulis hebat seperti Raditya dika?baca reportasenya aja bikin termotivasi jadi penulis yang hebat apalagi kalo ketemu langsung?
rame banget yang mau ketemu Raditya Dika, ya 🙂
weh kren sekali gan, oh ya saya mau nanya ini template buat sendiri atau dapat dimana, saya tertarik
Assalaamu'alaikum wr.wb, Raditya Dika itu lucu ya, tulisannya juga bisa mengelitik hati dan menghiburkan sehingga ramai yang membeli bukunya. Salam sukses dari Sarikei, Sarawak.
wah iya nih, tanggal 4 kemaren bertepatan sama acara di kampus, jadi gak bisa kesana :))
jadinya meet doang nggak ada greetnya
Keren banget ya, bukunya kejual banyak banget, Raditya dika memang jenius banget
Wah, sayang sekali gak sempat foto sama bang RD, :p
Kalau bang Richo yang jadi penulis, suatu saat nanti, saya yang pengen ikut foto bareng, jangan ditoak 😀
wow banyak sekali pengunjungnya sampai bejubel
gramedia kebanjiran fans raditya dika hihihihi
wow panjang bener antriannya